Akun jejaring sosial facebook yang
dikelola oleh KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI, mengeluarkan sebuah
artikel yang dibuat oleh bapak menteri pendidikan dasar dan menengah Bpk. Anies
Baswedan dengan judul “VIP-Kan Guru-guru
Kita!”. Di situ menjelaskan berbagai hal
penting terkait dengan situasi pendidikan yang ada di Indonesia diantranya :
- Himbauan supaya kepemimpinan pemerintahan membicarakan soal pendidikan jangan sambil lalu, karena masalah pendidikan adalah masalah kepemimpinan nasional yang akan datang.
- Soal guru adalah soal masa depan bangsa. Di ruang kelasnya ada wajah masa depan Indonesia.
- Penyesuaian kurikulum itu penting, tetapi lebih penting dan mendesak adalah menyelesaikan masalah-masalah terkait dengan guru.
- Himbauan untuk menjadi guru inspiratif yang menyenangkan karena akan membuat murid mencintai pelajarannya. Jika seseorang tak mau menjadi pendidik yang baik, lebih baik berhenti menjadi guru.
- Juga menyorot tiga masalah besar pendidikan Indonesia : Pertama, distribusi penempatan guru tidak merata. Kedua, kualitas guru yang juga tidak merata. Ketiga, kesejahteraan guru tak memadai.
- Semua guru harus dijamin kesejahteraannya.
- Kerangnya kesadaran masyarakat Indonesia untuk peduli pada guru .” Kita titipkan masa depan anak-anak kepada guru, tetapi kita tak hendak peduli nasib guru-guru itu. ” terutama kaum terdidik, yang sudah merasakan manfaat keterdidikan.
- Membangun kesadaran kolosal untuk menghormati dan menjunjung tinggi derajat guru. Guru pantas mendapat kehormatan karena mereka selama ini menjalankan peran terhormat bagi bangsa. Dengan dua ide jalur negara dan jalur gerakan masyarakat.
Kedelapan hal di atas merupakan bagian
terpenting dari isi artikel. Setelah beberapa jam artikel itu diterbitkan, ada banyak
sekali komentar bermunculan diantaranya adalah dari dari Bapak Saefudin sebagai berikut:
SURAT TERBUKA UNTUK BAPAK MENDIKBUD (Bpk.
ANIS BASWEDAN)
Yth. Bpk. Anis Anies Baswedan, Saya
saefudin 36 tahun seorang guru wiyata bakti sejak tahun 2006(+-8th) bahkan
belum masuk K2 sekalipun, mengajar pada sebuah SD Negeri dan sekarang mengajar
di kelas 2 dengan jumlah murid 36, Saya sangat menyambut baik dengan diluncurkannya
KIP, namun demikian ada satu hal yang ironis, ketika hal itu selalu di
promosikan namun di sisi lain masih banyak guru wiyata bakti yang nasibnya
terabaikan, dengan memegang kartu KIP, maka seorang murid mendapatkan biaya
sekolah sebesar min Rp450.000,- hal ini terlalu naif, sementara kami yang sudah
mengabdikan hidup kami sama sekali belum tersentuh, perlu bapak ketahui bahwa
kami tiap bulan hanya menerima honor wiyata bakti melalui dana BOS Sekolah
sebesar Rp 150.000,-/bln. tentu saja ini kami rasakan masih sangat jauh dari
standar sebuah penghasilan hidup. ketika kami akan menggunakan ijasah S1 kami
untuk mengikuti tes CPNS pada jalur umum maka akan terganjal oleh aturan umur
maksimal penerimaan CPNS. Di sisi lain kami masih sangat ingat janji pak Presiden
Joko Widodo / Ir H Joko Widodo bahwa beliau bertekad menyelesaikan permasalahan
kami.. sementara itu ketika kami tertimpa cobaan harus masuk rumah sakit maka
kami hanya sekedar kartu jamkesmas pun tidak kami punyai / kami
dapat. Ini disinyalir karena jenis pekerjaan yang tertera di KTP kami adalah
guru, maka sistem secara otomatis akan menghapus nama kami dari nominatif
penerima jamkesmas, maka meradanglah kami dengan membayar rumah sakit sampai 8
jutaan, di sisi lain kami bermaksud mengundurkan diri dari wiyata bakti maka
kami merasa berat karena kami sudah sedemikian cintanya terhadap profesi ini
(walaupun dari segi penghasilan belum bisa untuk memenuhi standar hidup)..
lebih dari itu kami juga memikirkan anak anak kami seandainya ditinggalkan maka
tidak ada yang mengajar, sedangkan di sekolah kami yang ada di sebuah desa
masih kekurangan guru (PNS ) mohon
solusinya pak Anies Baswedan Ph.D. . kami harus bagaimana, apakah kami harus
tetap fokus pada pengabdian kami atau kami harus mencari sekolah swasta yang
bisa memberikan penghidupan yang lebih layak?? (terkait banyak yang komentar
kalau mau kaya jangan jadi guru, ini sungguh menyakitkan hati kami, di sini
saya tidak berkehendak jadi kaya.. tapi paling tidak standar hidup kami layak
sehingga kami bias fokus untuk mendidik putra putri kami dengan tidak harus
berpikir ganda mencari pendapatan lain untuk sekedar memenuhi belanja dapur
kami) mohon responnya pak.. trimakasih dan mohon maaf apabila ada tutur kata
yang kurang berkenan. Salam pendidikan.
Itulah fenomena yang kita lihat saat
ini tentang keterbukaan dan kebebasan berbicara melalui media masa, tentu saja
banyak manfaatnya jika hal tersebut terjadi komunikasi yang aktif dan
interaktif, walaupun disisi lain ada kekurangan di sana sini.
Terkait Surat Terbuka Bapak saefudin,
yang ingin menanggapi silahkan dikoment, atau menanggapi pemikiran pendidikan
dari Bapak Bpk. Anies Baswedan.
Silahkan dan terimakasih.
0 komentar:
Post a Comment